Post Page Advertisement [Top]

MENDAMPINGI ANAK BERMAIN BERMAKNA


DUNIA anak adalah bermain. Tak dapat dipungkiri bahwa bermain adalah hak asasi bagi anak. Melalui bermain anak mengekspresikan minat dan kemampuannya, baik kemampuan afektif, kognitif, maupun motorik. Dengan bermain anak mengasah imajinasinya sehingga nantinya akan menjadi pribadi yang kreatif. 
Di usia tiga tahun, anak mengalami perkembangan otak, di mana pada usia ini memori anak menyimpan banyak rekaman setiap pengalaman pribadinya. Pada usia ini anak sudah dapat diberi pemahaman dan pengetahuan. Metode penyampaian materi pemahaman dan pengetahuan itu harus menyenangkan, sehingga anak akan menikmati proses belajar, menyukai proses belajar dan akhirnya akan terus belajar sepanjang hayatnya. Peran orang tua sangatlah diperlukan agar anak dapat menambah kemampuannya, baik dari segi afektif, kognitif maupun psikomotorik, tanpa meninggalkan dunia bermainnya. 
Dalam dunia pendidikan anak usia dini kita mengenal istilah Fun Learning. Secara bahasa fun learning diartikan sebagai “belajar menyenangkan”. Syarat belajar yang menyenangkan adalah harus sesuai dengan minat, kemauan dan kemampuan anak. Dari sudut pandang anak, yang dunianya adalah bermain, belajar yang menyenangkan ini dapat dipadankan arti dengan “bermain bermakna”. Ketika anak bermain, dan di dalam proses bermainnya itu diberikan pemahaman serta pengetahuan tentang suatu hal tertentu, maka anak akan belajar sesuatu. Di dalam bermain itulah anak akan belajar. Anak akan lebih mudah menyerap hal yang diberikan kepadanya jika kondisinya menyenangkan. Belajar yang menyenangkan akan lebih efektif jika didampingi dan diarahkan. Banyak cara yang dapat dilakukan agar anak dapat bermain sambil menyerap pemahaman atau pengetahuan. 
Hal  yang harus dilakukan orang tua adalah melakukan pendampingan kepada anak. Di sela-sela kesibukan orang tua, terutama ibu, harus mendampingi atau menemani anak bermain minimal 1-2 jam dalam sehari. Dalam arti benar-benar bermain dengan anak, bukan hanya menemani anak bermain, sementara orang tuanya sibuk dengan pekerjaan yang lain, atau sibuk dengan HP, atau menonton televisi. Orang tua harus benar-benar masuk dalam dunia anak, sambil memahami pikiran anak. 
Contoh bermain bermakna  bersama anak, antara lain seperti berikut ini. Pertama, bermain peran bersama anak, baik dengan menggunakan media permainan atau tanpa media permainan. Contoh bermain peran, misalnya: bermain masak-masakan, anak berperan sebagai koki dan orang tua sebagai pembeli makanan. Atau, bermain mobil-mobilan, anak berperan sebagai sopir dan orang tua sebagai polisi. Atau, bermain dokter-dokteran, anak berperan sebagai dokter dan orang tua sebagai pasien. Atau, bermain jual-jualan, anak berperan sebagai penjual dan orang tua sebagai pembeli. 
Manfaat bermain peran adalah dapat menstimulasi daya imajinasi anak. Daya imajinasi penting bagi anak untuk menjadi kreatif, baik dalam berpikir maupun bertindak. Manfaat lain yaitu dapat meningkatkan kemampuan afektifnya, misalnya meningkatkan minat belajar, meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Secara kognitif kemampuan anak juga dapat diasah, dimana orang tua dapat menyampaikan pengetahuan dan pemahaman, misalnya tentang nama-nama benda, profesi, macam-macam warna, dan lain-lain, yang berhubungan dengan tema permainan. Dengan bermain peran dapat pula dikenalkan tentang konsep berhitung, misalnya dengan menghitung benda-benda yang digunakan saat bermain. Atau bisa juga dikenalkan tentang huruf, dengan cara memberi nama benda-benda dengan simbol huruf tertentu, misalnya rumah A, bola B, mobil O, dan lain-lain.
Kedua, bermain dengan benda yang disusun, misalnya bermain puzzle, lego, balok kayu, menyusun gelas plastik, dan lain-lain. Ketika bermain menyusun benda, hendaknya orang tua memberi contoh dan kemudian membiarkan anak mengeksplor sendiri apa yang dilihat dan dipahaminya. Jika susunan belum benar atau anak menyusun dengan sesuka hatinya, orang tua sebaiknya terus memotivasi dan tidak mengatakan bahwa pekerjaannya salah. Dengan demikian secara afektif, anak akan dilatih untuk berani mencoba dan percaya diri. Secara kognitif, anak dilatih untuk menganalisa sesuatu dan mencobanya. Misalnya, bagaimana anak memecahkan masalah untuk mencari potongan puzzle mana yang tepat untuk susunan gambar yang sedang dikerjakannya. Atau, bagaimana agar balok yang disusun tinggi tidak mudah jatuh, dan sebagainya. Bermain menyusun benda dapat pula melatih motorik halus anak, karena disini diperlukan keterampilan dalam menggunakan jari-jari tangannya. 
Ketiga, bermain dengan gambar, misalnya bermain dengan kartu bergambar, mewarnai gambar, menggambar/melukis, bermain dengan buku aktifitas, dan lain-lain. Bermain dengan gambar secara afektif akan melatih minat dan motivasi anak untuk belajar. Orang tua dapat bercerita banyak dengan perantara gambar. Pemahaman dan pengetahuan dapat dikenalkan dengan bermain menggunakan gambar, misalnya mengenal warna, mengenal nama benda, mengenal nama-nama dalam keluarga, dan sebagainya, sesuai tema gambar. 
Anak juga dapat belajar mengenal huruf dan angka dengan menggunakan gambar. Motorik halus anak dapat dilatih dengan kegiatan mewarnai atau menggambar. Yang perlu dicermati orang tua saat mewarnai atau menggambar adalah orang tua harus membiarkan anak mencoba melakukan sesuai minat dan kemampuannya. Anak akan dilatih untuk berani mencoba. Dalam proses mewarnai gambar, tidak masalah apabila anak membuat goresan warna yang tidak rapi di kertas gambarnya, begitu pula jika anak memilih warna sesuka hatinya. Dalam proses bermain mewarnai gambar, orang tua tidak perlu terlalu mendikte anak untuk memilih warna yang sesuai dengan obyek gambar. Anak boleh mewarna dengan warna apa saja. Begitu pula dalam proses menggambar, anak sebaiknya dibiarkan membuat goresan sesuka hatinya. Orang tua bisa memotivasi dan memberi contoh pada anak, tanpa membatasi imajinasinya. 
Keempat, bermain dengan kertas, misalnya melipat, menjiplak, menggunting, menempel, atau melinting kertas, dan lain-lain. Bermain dengan kertas membutuhkan ketrampilan dan ketelitian. Pada kegiatan ini, anak akan terlatih motorik halusnya. Anak juga dilatih untuk kreatif. Secara kognitif anak akan distimulasi untuk menganalisa dan mencoba. Ketika bermain dengan kertas, orang tua harus mengamati, terutama untuk penggunaan benda tajam atau benda yang bisa membahayakan anak, misalnya penggunaan gunting dan lem. Sekali lagi pengenalan huruf dan angka pun dapat dilakukan dengan permainan ini. Misalnya dengan bermain melinting kertas, orang tua bisa menggambar di potongan kertas dan menulis huruf. Kemudian kertas dilinting dan dikocok, seperti bermain arisan. Anak bisa menebak gambar atau huruf apa yang didapatnya. 
Kelima, bermain dengan benda yang bisa digerakkan, misalnya bermain dengan mobil-mobilan, gasing, bola, dan lain-lain. Manfaat bermain dengan benda yang digerakkan adalah dapat melatih motorik anak. Secara kognitif, orang tua dapat memberikan pengetahuan kepada anak, misalnya yang berhubungan dengan arah atau lawan kata. Misalnya saat bermain mobil-mobilan, orang tua mengenalkan kata maju mundur, depan belakang, kanan kiri. Kata cepat lambat dapat digunakan saat bermain gasing. Saat bermain bola dapat dikenalkan kata atas bawah, jauh dekat dan lain-lain. 
Keenam, permainan sederhana, misalnya bermain lempar bola, sepak bola, bowling, kelereng, bulu tangkis, dan lain-lain. Permainan sederhana dapat melatih motorik kasar maupun motorik halus anak. Dalam permainan ini orang tua dapat melatih keterampilan dan ketangkasan anak. Dalam permainan sederhana ada peraturan-peraturan sederhana, yang secara afektif dapat melatih anak untuk berinteraksi, bersosialisasi dan bekerjasama. Dalam permainan ini biasanya dibuat kesepakatan pemberian poin. Orang tua dapat mengenalkan aturan kalah dan menang dalam permainan, untuk melatih sportifitas anak. Ada kalanya anak diposisikan sebagi pihak yang menang dan juga diposisikan sebagai pihak yang kalah. Dengan demikian anak akan termotivasi untuk berusaha. 
Ketujuh, Permainan yang mengutamakan motorik kasar, misalnya bermain lompat tali, engklek/sunda manda, menirukan gerak binatang, tebak gerak, dan lain-lain. Selain melatih motorik kasar, permainan ini dapat melatih imajinasi dan kreatifitas anak. Orang tua dapat menemani anak bermain motorik kasar sambil mengenalkan pengetahuan tertentu sesuai tema  permainan. 
Kedelapan, improvisasi bermain menggunakan benda yang bukan alat bermain, misalnya bermain mobil-mobilan dari kulit jeruk bali, bermain boneka dari kertas, bermain bola dari gulungan kertas, bermain drum dari kaleng, bermain uang-uangan dari daun, menyusun jepitan jemuran menjadi pesawat, dan lain-lain. Di sini dibutuhkan kreatifitas orang tua untuk mengarahkan anak, agar anak menggunakan benda-benda yang tidak berbahaya dan tidak merusakkan benda yang masih bisa digunakan. Kegiatan ini dapat menstimulasi imajinasi dan kreatifitas anak. Dapat pula melatih anak untuk mencoba sesuatu dan berpikir untuk memecahkan masalah.
Dalam setiap permainan, orang tua harus terus berkomunikasi dengan anak. Orang tua sebaiknya banyak menggunakan ucapan-ucapan yang memotivasi anak, sehingga suasana menjadi menyenangkan bagi anak. Bermain dengan anak dapat menjalin kedekatan antara anak dan orang tua. Kedekatan ini dapat membuat anak merasa nyaman dan menaruh kepercayaan pada orang tua. Pada akhirnya anak akan mudah menerima pemahaman ataupun pengetahuan yang diberikan oleh orang tua.  Bermain bermakna sungguh bermanfaat bagi anak. Ayah bunda, mari luangkan waktu untuk bermain bersama putra putri tercinta. 

Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]